Kita sedang membangun Papua. Emas, royalti dan reklamasi tambang.
Tambang Grasberg milik PT. Freeport ( AS ) di Papua, menghasilkan 100 ton emas per tahun. Terbesar di dunia. 20 ton sisanya, produksi tambang emas dalam negeri. PT.Aneka Tambang, Tbk ( Antam ) hanya memproduksi 2 ton per tahun. Sayangnya, Indonesia cuma memiliki 9 % saham di tambang tembaga-emas Freeport. Papua, hari2 belakangan ini membara. Mungkinkah, warga Papua mendesak perusahaan asing itu untuk memperbaiki kontrak dan melakukan reklamasi tambang ? Sekaligus mengawasi proses amdal dan reklamasinya sehingga mereka pun turut sejahtera ?
Emas. ( lagi ? ). Alat tukar yang diandalkan sejak jaman Sriwijaya sampai millennium kedua. Masa kita. Setidaknya, uang kertas yang benar, sejatinya dengan cadangan emas yang cukup untuk menjaminnya. Dunia berputar dengan seluruh dinamikanya karena keberadaan logam mulia ini. Di mana tambang emas terbesar di dunia ? Papua.
100 ton emas per tahun. ( ini bukan singkong, ya. Kemarin menyodorkan Rp 1000,- ke penjual keripik singkong, saya mendapat sekresek keripik singkong gurih. ( Bandung tea atuh, murah meriah, meni resep ). Lain halnya jika ke penjual emas, menyodorkan Rp 500.000,-, belum tentu anda mendapat emas selebar dan setipis kuku jari. Karena emas terus melambung nilainya.
Sedihnya, pemilik tambang berharga ini orang asing. PT.Freeport ( Amerika ). Pemerintah Indonesia hanya memiliki 9 % saham di tambang emas tembaga tsb. Klop dengan sentilan seorang budayawan di JLC ( 27/9/2011 ) tentang ‘nasi tumpeng’ ( APBN 2011 senilai lebih Rp 1200 triliun ) yang kita ributkan. Sementara, penguasa tumpengnya asyik2 aja dengan uang sekitar 6 kali lipatnya ( hasil mengeruk sumber alam Indonesia ). Tak ada mata yang memantau berapa minyak dan tambang yang mereka sedot dari halaman kita. Emas dari Papua selama ini diekspor jorjoran. Lalu kita ingat ucapan seorang pemimpin AS : Indonesia adalah hadiah untuk Amerika. Oo .. that’s why...
Tak heran, warga Papua merintih. Kelaparan di lumbung padi ( 30 % penduduk Papua miskin. Di Jawa, 15 % ). Lalu gerombolan separatis berulah dengan komando petingginya di Eropa. Inggris ( Rothschild cs ) dan AS ( Rockefeller cs ) belum bosan mengeruk dan memecah belah untuk memuaskan ambisi tamak mereka. Kemarin ( 10/10/2011), demo karyawan Freeport dan warga Timika berujung rusuh dan menelan banyak korban setelah menuntut hak ulayat mereka pada perusahaan AS tsb.
Kepala jadi batu loncatan ? Nehi ..
Kita ingat, Indonesia ( masa Soeharto ) diminta AS menjaga Timor Timur. Setelah Orde Baru ambruk, mereka pula yang bersiasat melepas Timor Timur ( kini Timor Leste ) dari pangkuan NKRI. Australia, karib AS setelah Inggris, mendapat konsesi minyak di Celah Timor yang lalu bocor dan mencemari laut kita. Sebagian area laut dan beberapa pulau kita terenggut bersama hengkangnya Timor Leste.
Hari ini, dengan setting Papua, apa kita biarkan kepala kita jadi batu loncatan mereka lagi ? Habis manis sepah dibuang. ( ribuan prajurit kita sudah gugur mempertahankan 2 provinsi tsb, tak terhitung dana yang sudah kita gelontorkan dari 1/6 yang kita miliki, dikumpulkan dari seluruh Indonesia, untuk pembangunan selama ini di Papua dan Timor Timur ). No way, man ..
Renegosiasi kontrak kerja pertambangan, salah satu solusi. Sudah 65 % kontrak yang siap direnegosiasi. Kita harap terus bertambah. Minimal, warga Papua dan warga Jawa sama2 miskinnya ( 15 % ). Mangan ora mangan kumpul. Tetap dalam satu biduk NKRI. Susah senang ditanggung bersama.
Optimisnya, tahun 2020, bersama-sama sebagai satu bangsa, Indonesia menjadi terkuat di Asia setelah China. Dengan lebih 600 ribu prajurit, kekuatan militer kita akan meningkat menjadi nomor 8 di dunia. Indonesia ( Kontingen Garuda ), hari ini, aktif di 7 misi perdamaian PBB : Libanon ( 1423 prajurit TNI akan menggeser posisi pasukan Italia yang sebelumnya terbanyak di perbatasan Libanon – Israel tsb ), Kongo, Sudan, Sudan Selatan, Haiti, Liberia, dan Kamboja. Dunia makin memperhitungkan kontribusi kita pada perdamaian dunia. Isn’t that cool ?
Indonesia mau no. 2 Asia atau no. 1 di dunia ? Kerja keras nan cerdik ..
Idealnya, tentu, gemah ripah loh jinawi , subur, makmur, sentosa. 33 provinsi, termasuk Papua, sama2 makmur bermartabat. ( artinya masih peduli dan berkiprah nyata membantu kaum tertindas di negara lain. Tidak seperti sebagian negara kaya di Timur Tengah yang hanya memikirkan diri sendiri ). Kalau masa Sriwijaya dan Majapahit, nusantara bisa jaya dan bersatu dalam teritori yang lebih luas, mestinya Indonesia di masa kita pun dianugerahi kemampuan serupa. Kita masih berada di khatulistiwa ( bukan di kutub ). Bulatkan tekad, jalani usaha sungguh2 bidang pengabdian masing2.
China berambisi menjadi penguasa Asia Timur. India berambisi menjadi penguasa tunggal Samudera Hindia. Australia berambisi melebarkan jangkauan militernya sampai ke Medan. Armada militer AS bisa menembus bagian timur perairan kita, sehingga Indonesia wajib mempunyai armada tangguh di 3 basis : Jakarta, Makasar dan Sorong, agar tak kalah dalam politik internasional. Geopolitik.
Alutsista kita tak boleh kalah teknologinya dengan Singapura. Alutsista darat berumur lebih dari 60 tahun semestinya sudah menjadi besi tua. Alutsista laut ( kapal tempur, dll ) tak boleh lebih dari 30 tahun. Alutsista udara ( pesawat tempur, dll ) tak boleh lebih dari 15 tahun. Bertahap anggaran pertahanan RI ditingkatkan. Dari Rp 47,5 triliun menjadi Rp 64,4 triliun. Di Sentul, tengah dibangun pusat pelatihan prajurit perdamaian, intel, anti teroris, penanggulangan bencana alam, dll. Butuh 20-30 tahun untuk membangun armada pertahanan yang kuat. Indonesia saat ini punya 148 kapal perang, idealnya 174 kapal. Indonesia tengah membuat 10 kapal selam ( 3 kapal kerjasama dengan Korea Selatan ) senilai Rp 9,5 triliun. Kita harus mulai mempersiapkan diri.
Andi Wijayanto, pengamat militer, mengatakan : dari survey, TNI adalah salah satu institusi yang masih dipercaya publik. Dalam keadaan negara aman, polisi dan aparat penegak hukum yang lebih terlihat. Saat negara kacau, baru TNI yang lebih terlihat. Syukurlah, bila demikian, Indonesia bisa dikatakan relatif aman. Setuju ?
Betulkah kita dibikin ( dan sibuk ngurusi kasus ) korupsi oleh orang asing agar tak sempat mempermasalahkan Rp 6000 triliun per tahun yang mereka kuasai ? Hmm .. very challenging.
( bayangkan jika Rp 6000 triliun/ tahun itu di tangan kita dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai pasal 33 UUD 1945. How powerful we are. Bayangkan, jika Rp 5000 triliun/ tahun itu untuk anggaran pertahanan kita, bisa2 angkatan bersenjata Indonesia yang nomor 1 di dunia, bukannya AS. Persoalan Timur Tengah takkan serumit hari ini ).
Sementara kondisi minimal, optimis atau ideal itu tengah kita upayakan, bagaimana Papua bisa mengurangi kesedihannya ? Check this out ..
Reklamasi tambang : kota mati menjadi tahura. Sumsel & Papua tersenyum.
Ingat pelajaran SD ? Minyak berasal dari fosil hewan ( dinosaurus dkk ) yang mati berjuta-juta tahun yang lalu. Batubara dari fosil tumbuhan yang mati selama itu juga. Berbagai perang yang berkecamuk sampai kini karena perebutan emas hitam ini, dengan berbagai dalih pembungkus yang mengelabui. Anda pernah bayangkan setebal apa lapisan2 yang menumpahkan darah banyak manusia tak bersalah ini oleh segelintir yang tega ?
8 meter, setinggi 110 meter ( lebih tinggi dari gedung 28 lantai ) berselang seling dengan lapisan tanah coklat kemerahan, di areal seluas 3.350,5 hektar ketika belum selesai ditambang 10 tahun lagi. ( Kompas, 12/8/2011 ). Banyak lubang raksasa seperti ini ( mencapai 2,4 juta hektar di Sumsel saja ) yang ditinggalkan penambangnya ( menurut data Walhi-Sumsel, ada 229 kuasa penambangan/ KP batubara di Sumsel ). Baru PT.Bukit Asam, BUMN yang beroperasi sejak tahun 1980 dan berstandar ISO 14001 : 2004, yang mereklamasi lokasi tambang yang dikeruknya menjadi hutan rakyat, dari sebelumnya, alang2. Selebihnya, kota mati dan sungai tercemar ( yang ditinggalkan penambang ) karena proses perijinan tidak melalui proses analisis dampak lingkungan ( amdal ) yang memadai. Apalagi, sejak otonomi daerah memberi kewenangan pemda menerbitkan KP pada swasta.
Kerusakan lingkuang yang parah ini membuat masyarakat setempat tambah miskin, kehilangan daya dukung ekonomi. Merana. Mungkinkah masyarakat yang dirugikan ini mendesak pemerintah agar memperbaiki kontraknya dengan swasta ( penambang ) sebaik yang bisa dilakukan PT.Bukit Asam ?
Tengok rencana Bukit Asam untuk lubang bekas tambang di Tanjung Enim. Taman Hutan Rakyat Enim ( Tahura Enim ) seluas 5.394 hektar ( 3.350,5 hektar tambang Air Laya dan 2.044,1 hektar di bekas tambang Banko Barat ). Bumi perkemahan, termasuk danau buatan, di hutan wisata itu bisa dinikmati tahun 2043. Sekarang, hasil reklamasi lahan yang terlihat berujud rimbunan akasia dan kayu putih. Tak menduga dulu bekas tambang yang menganga lebar.
Apa rahasianya ? Menyimpan top soil ( lapisan tanah permukaan ) yang kaya unsur hara sebelum menambang dan mengembalikannya ke tempat semula selesai menambang, ditambah pupuk organik. Dananya dari menyisihkan Rp 4.200,- per ton batubara yang diproduksi, kata Ambyo Mangunwidjaya, mantan dirut PT.Bukit Asam.
PT.Bukit Asam meraih penghargaan tingkat nasional Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup karena kesungguhannya mengelola lingkungan pasca penambangan dan berhasil menghutankan kembali. BUMN ini memiliki pusat pembibitan sekitar 2 hektar.
Menebang atau menanam pohon ? Bisa keduanya, ekspor lagi ..
Hutan ditebang, hutan ditanam, agar tidak terjadi erosi, banjir, pendangkalan sungai dan pelabuhan ( laut ). Apa bisa, ya ?
Bisa. Rahasianya pada disiplin pada aturan tebang pilih, survey awal ekologi yang akurat dan penanaman kembali ( penghijauan ).”Hak pengelolaan hutan ( HPH ) dengan pengelolaan berkelanjutan dapat diintegrasikan dengan aspek konservasi alam,” kata Efransjah, CEO WWF-Indonesia.
Pengelolaan berkelanjutan adalah menerapkan disiplin tebang pilih dari menanam kembali bibit pohon di areal yang telah ditebang. WWF Indonesia membantu PT.Suka Jaya Makmur ( SJM/ Alas Kusuma Group ) di Ketapang, Kalbar, menjaga populasi orangutan di hutan produksi. Di areal seluas 171.340 hektar itu, ada 600-700 orangutan Kalimantan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) dari sekitar 54.000 orang utan di Kalimantan. ( Kompas, 20/8/2011 ).
Melalui program Global Forest and Trade Network Indonesia dan Species, WWF, memfasilitasi survey lokasi sarang, pohon pakan, jarak keseharian orangutan dipadukan rencana pengelolaan produksi kayu perusahaan. Sukses pertama mengelola kawasan secara lestari ini membuat PT.SJM dihadiahi sertifikat Forest Stewardship Council ( FSC ) yang berlaku 5 tahun.
300 pemegang HPH lain mengikuti jejak bijak ini. Penerapan pada ekosistem berbeda bisa menjadi modul bagi Kementerian Kehutanan menerbitkan instrument peraturan, kata Iman Santoso, Dirjen Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan.
Perusahaan HPH bersertifikat lestari bisa memperlebar pangsa pasar ke negara2 maju, yang mensyaratkan sertifikat ‘hijau’. Ida Bagus Wiradnyana Putra, Kepala Biro Pembinaan Hutan-Lingkungan dan Sustainable Forest Management Alas Kusuma Group, mengatakan meski dibutuhkan biaya lebih dibanding cara biasa, namun proses produksi dan konservasi yang baru ini sebanding dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sebelum menebang, data aneka flora dan fauna secara karakteristik ekologi areal dicatat sehingga tanaman pakan orangutan tidak dirusak. Kehidupan orangutan terjamin. Meski 2000-3000 hektar hutan dipanen pertahun untuk berbagai keperluan, orangutan penjelajah bisa tetap survive di areal hutan yang belum dipanen. Flora dan fauna Indonesia pun tetap kaya untuk kelak diwariskan pada anak cucu.
Perbaiki kontrak tambang, royalti dan reklamasi tambang.
Lalu, kita teringat penambangan PT.Freeport, dll, yang membuat luka serupa di bumi Papua. Mungkinkah, warga Papua turut aktif mengawasi proses amdal dan reklamasinhttp://www.blogger.com/img/blank.gifya ? Jika perusahaan pemerintah Indonesia bisa melakukan, kenapa perusahaan asing tidak ? Energi untuk memarahi kami ( Indonesia ), terutama OPM yang ketakutan ( penembakan, kerusuhan ) jika TNI mengambil simpati rakyat dengan bakti sosialnya, bisa diarahkan untuk mendesak perusahaan2 penambang asing ( juga lokal yang abai ) agar memperbaiki lingkungan seperti Bukit Asam.
Kalian bisa berdemo dengan tari Tobe kalian yang unik. Tidak ada yang mati, tanah kalian hijau kembali, seni tradisi lestari, wisatawan berdatangan dan warga Papua bisa tersenyum kembali ( sejahtera ). What say you ?
sumber
No comments:
Post a Comment