Proyek Manhattan yang disponsori pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1930-an telah menjadikan ilmu pengetahuan tentang reaksi nuklir sebagai sebuah senjata yang mengerikan dengan dalih menciptakan perdamaian untuk menciptakan tatanan dunia baru. Dengan alasan mengakhiri Perang Dunia Ke-2, dua kota di Jepang menjadi saksi dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh bom nuklir tersebut. Sebagai catatan, sampai saat ini hanya Amerika Serikat saja yang pernah menggunakan senjata nuklir pada pertempuran sebenarnya. Mungkin sejak saat itu masyarakat dunia mempunyai sudut pandang lain yang tidak bijak mengenai nuklir, walaupun menurut perhitungan sebenarnya bom nuklir tidak seberapa mengerikan jika dibandingkan dengan bom hidrogen. Ditambah lagi dengan kejadian-kejadian lain seperti insiden yang terjadi di Chernobyl, Rusia, dimana ratusan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi dikarenakan ledakan di instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut. Film-film
Holywood juga memperparah persepsi keliru tersebut dengan seringnya menempatkan nuklir sebagai bagian dari tokoh antagonis yang ingin merusak tatanan dunia.
Pemanfaatan teknologi nuklir sebagai sumber energi telah lama dilakukan di negara-negara maju seperti AS, Perancis, Jepang, atau negara yang mempunyai kepentingan politis seperti India, Pakistan, dan Iran. Secara ekonomis, sumber energi radioaktif ini lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil yang dimungkinkan tidak akan bertahan dalam waktu seratus tahun lagi. Cadangan zat radioaktif, salah satunya uranium, di dunia ini bila dikonversi ke satuan energi secara matematis jauh lebih besar jika dibandingkan dengan cadangan bahan bakar fosil yang ada. Sehingga bisa memberikan waktu yang lebih dari cukup kepada umat manusia untuk mencari sumber energi alternatif lainnya jika suatu saat energi nuklir juga habis. Sebenarnya penggunaan elemen nuklir tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari dan memberikan manfaat yang tidak sedikit. Selain sebagai sumber energi, zat radioaktif tersebut juga digunakan dalam berbagai bidang misalnya aplikasi MRI dalam bidang kesehatan, rekayasa genetik bibit dalam pertanian hingga dalam pengetahuan eksplorasi luar angkasa.
Indonesia, terutama pulau jawa sebagai nadi perekonomian bangsa dalam beberapa tahun kedepan akan mengalami defisit energi yang semakin parah jika tidak segera ditanggulangi. Peningkatan kebutuhan listrik untuk sektor rumah tangga dan industri tidak sejalan dengan tingkat pertumbuhan pembangkit listrik nasional. Hal tersebut jika dibiarkan akan mengakibatkan kemunduran ekonomi secara agregat dan kekacauan sosial akibat semakin seringnya pemadaman bergilir. Oleh karena itu untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah menggulirkan rencana pembangunan PLTN pertama di Muria.
Pada dasarnya Indonesia mempunyai sumberdaya manusia dan alam yang lebih dari cukup untuk membangun dan mengoperasikan instalasi energi nuklir, bahkan diperkirakan cadangan tambang uranium Indonesia bisa dimanfaatkan hingga ratusan tahun. Diharapkan dengan energi yang relatif murah ini, tercipta multiplier effect sehingga kesejahteraan bangsa bisa terangkat dan kompetensi di dunia Internasional semakin meningkat. Secara garis besar, masyarakat Indonesia terutama kalangan industri antusias dan menyambut baik dengan rencana pemerintah untuk mendirikan pembangkit tenaga nuklir karena secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian bangsa dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru selama beberapa dekade ke depan. Kedepannya, pembangunan PLTN di luar jawa juga akan memberikan kontribusi positif terhadap sosial ekonomi dan pertahanan Indonesia secara keseluruhan.
Selama ini riset dan pemanfaatan sumber nuklir di Indonesia belum mencapai taraf pemanfaatan secara massal dikarenakan tarik ulur politik Indonesia di dunia internasional yang tidak menginginkan dominasi negara maju terhadap nuklir tergoyahkan. Untuk di dalam negeri sendiri, kendala terjadi karena belum adanya sosialisasi yang tepat tentang tentang nuklir tersebut. Sebagian kecil masyarakat cenderung antipati dikarenakan belum paham betul tentang isu tersebut. Disinilah tugas pemerintah untuk memberikan gambaran obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi seperti yang diuraikan diatas.
Memang energi nuklir bukannya tanpa risiko. Dalam pengoperasiannya, standar operasi dan prosedur harus dilaksanakan. Pemeliharaan dan evaluasi setiap saat merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar. Sebagai contoh, insiden yang terjadi di Chernobyl pada tahun 1980an di curigai akibat kelalaian manusia yang berujung maut. Belum lagi sampah nuklir sebagai residu dari reaksi berantai, bisa menimbulkan pencemaran radioaktif jika tidak diolah dan dikemas dengan sempurna. Sampah tersebut
cenderung tidak bisa didaur ulang. Sebagai catatan, radiasi mematikan dari sampah tersebut tidak akan hilang dalam waktu ratusan tahun. Dari sisi kesehatan, banyak kasus terjadi bahwa pekerja di PLTN mengalami keracunan radioaktif akibat terpapar radiasi dalam waktu relatif lama saat bekerja di instalasi nuklir. Pada dasarnya tidak ada benda yang bisa mengisolasi radiasi nuklir dengan sempurna, termasuk timbal. Oleh karena itu semakin sedikit kontak fisik langsung manusia dengan nuklir, maka semakin baik. Faktor geologi juga berperan penting dalam pendirian sebuah instalasi energi nuklir.
Atas dasar itu juga pemerintah berencana memilih daerah Muria sebagai tempat pertama
untuk membangun instalasi karena tempat tersebut kondisi geologinya relatif stabil dan jauh dari akses sebagian besar penduduk untuk mengeliminasi kemungkinan yang
timbul. Suatu saat nanti dengan semakin banyaknya PLTN yang dibuat di Indonesia,
saya berharap ketimpangan sosial antara pulau-pulau akan berkurang dan bangsa Indonesia bisa menatap masa depan dengan lebih cerah dan sejajar dengan negara maju
lainnya. Amin
No comments:
Post a Comment